Rabu, 07 September 2011

BIOGRAFI DRS. L. BELLA

OLEH: ISWAN SUAL, S.S

Kemanapun saya pergi, jika masih dalam daerah Minahasa, setelah tahu darimana asal saya, orang akan langsung menanyakan pertanyaan lain, yakni: “Tahu Drs. L. Bella?”. Dengan sontak saya selalu menjawab: “oh itu kita opa”. Saya bangga dan kagum dibuat oleh ketokohanya sehingga secara langsung menjawabnya seperti itu.
Sebenarnya, walaupun beliau adalah adik tiri dari nenek buyut saya-Anaci Bella, dia tetap bukan benar-benar kakek saya. Panggilan Kakek kepadanya dalam hal ini menunjukkan bahwa dia adalah yang sudah dituakan atau ditokohkan dalam keluarga. Atau dalam istilah lain, dia adalah kebanggan keluarga kami. Mudah-mudahan saya memakai istilah yang benar.
Drs. Bella memiliki nama lengkap, Drs. Ludwijk Bella. Lahir di desa Tondei. Menurut penuturan ayahku, dia dibesarkan oleh kakek buyut ayah saya yang bernama Krestian (Mandor) Sual dan nenek buyut saya yang dipanggil Ina Poluakan. Krestian adalah ayah tiri L. Bella.
Tidak banyak yang dituturkan oleh ayahku mengenai kehidupannya secara mendetail. Tapi, saya banyak mendengar tentang sepak terjangnya sewaktu menjadi evanglis (evangelist). Dia sangat dikenal sebagai seorang pelayan Tuhan (namun bukan pendeta) yang berkhotbah penuh wibawa rohani, kharisma roh kudus, dan fleksibel/adabtif dalam pelayanan. Walaupun dia termasuk fatatik tapi dia tetap menjunjung tinggi universalitas.
Kata banyak orang, dia pernah beberapa kali berdoa meminta supaya hujan berhenti turun. Dan hujanpun berhenti. Dia berkhotbah sampai-sampai orang hampir tak mengedipkan mata. Khotbahnya berisi nubuat. Dan banyak orang sekarang ini teringat padanya ketika terjadi sesuatu seperti yang sudah pernah dikhotbahkannya.
Saya juga mendengar bahwa dia dikenal secara internasional dalam kalangan pendeta. Walaupun, konon, hidup istrinya bertolak belakang dengannya.
Aku juga mendengar bahwa di saat beliau meninggal, sempat disemayamkan di IKIP. Sebab beliau juga adalah dosen di perguruan tinggi itu. Dan pada saat itu terjadi gempa bumi yang dasyat.
Dan yang saya tak habis pikir adalah bahwa ternyata fotonya sudah beberapa kali saya lihat ketika melihat berkunjung ke rumah beberapa keluarga di kampung, dimana saya mampir. Umumnya sekeluarga dengan beliau. Nanti pada tahun 2010, sewaktu berkunjung ke rumah keluarga Wongkar Bella, saya bisa melihat bagaimana rupa dari tokoh yang legendaries ini. Seorang yang berpakaian rapi, berkaca mata dan penuh wibawa.
Cukup dikenal karena kesan baiknya. Namun, akankah dia dibicarakan lagi dalam waktu 5 sampai 10 tahun depan? Saya skeptik. Dalam waktu itu, saya pikir, orang-orang yang menjadi saksi langsung kehadirannya mungkin sudah berpulang. Lantas siapa lagi yang akan menceritakan kepada generasi yang berikut bahwa ada seorang yang dipenuhi roh kudus, seorang evanglis yang lahir di desa Tondei, desa yang seringkali tak tertera dalam peta?
Pernah, pada hari Kamis 17 Januari 2011, karena penasaran, untuk mengetahui apakah Drs. Ludwijk Bella bisa diketahui lewat media dunia maya atau tidak, saya mencoba mengetikan nama “Drs. L. Bella” lewat mesin pencari GOOGLE. Hanya ada satu teks yang saya dapati di dalamnya tertulis nama Drs. L. Bella, yakni dalam teks sejarah GMIM jemaat Winangun Manado. Saya sedikit kecewa. Ternyata apa yang terekam dalam kepala orang-orang, tidak demikian dalam catatan lembaran sejarah. Bahkan mungkin, saya berkesimpulan, tak ada catatan mengenai riwayat hidup almarhum yang dibuat oleh sinode GMIM. Mudah-mudahan saja ada tapi belum dipublikasikan lewat internet. Sudah seyogianya itu disosialisasikan.
Saya berpikir, sambil menunggu publikasi tersebut (kalau ada), saya akan membuat tulisan mengenai beliau. Walaupun apa yang ada nantinya cuma merupakan penggalan-penggalan kecil dari lembaran sejarah.

1 komentar:

life mengatakan...

karena lom ada yang koment ya jadi kita koment jo ree.
biografinya bagus .....
ternyata stengah dari rakyat tondey ngana pe sodara kote kang?
hahahahahaha
untung kita ndak termasuk.
BTW ndak ada yg kita bisa tambah dari nga pe cerita rakyat. amper so samua nga so tulis soalnya.