Kamis, 01 Maret 2012

Puisi Untuk Alm. Jetje Rawung (Guru SD Inpres Tondei)

Sajak Untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

oleh Iswan Sual

Tadi malam aku terhenyak dengar kabar
Tentang kelam yang datang
Lonceng berdentang
melingkupi desa
“Ibu guru kita telah berpulang ke alam baka.”
Padahal kemarin engkau masih lincanh
Menari-nari di depan siswa
Menuangkan makna-makna indah
tentang cita untuk bangsa
kini kau t’lah tiada, pahlawan tanpa tanda jasa
ibu guru, kenapat begitu lekas?
Kecewakah engkau karena kami tak menjadi
Seperti yang kau harap?
Sedihkah engkau karena didikkanmu
Tak jadi nyata dalam tiap langkah?
Sungguh, di kala engkau mengajariku baca
Agar kelak aku bisa melalangbuana
Jauh-jauh menembus cakrawala
Sungguh ketika engkau bercerita
Tentang Amerika, Eropa, negeri-negeri nun jauh di sana
Engkau berkata,
“Kejar impianmu, nak.
Kejar impianmu sampai ujung bumi.”
Dan engkau benar. Engkaulah guruku yang tak pernah berdusta.
Bahkan demi kami kau mau menderita.
Ibu guru, lihat! Lihat! Langit pun mendung
Tak rela kau pergi menghilang ei awan-awan
Langit pun ingin diajar bagaimana membaca
Menulis, bersikap jujur,
menjadi panutan dalam tindak dan tutur.
Puluhan tahun keringatmu mengalir
Tapi tak satu pun kami sadar
Tak terkira peluh-peluh terkuras habis
Tak satu pun kami insaf
Ibu guru, melihatmu terbujur kaku
Seakan harapan kami ikut pupus
Berat rasanya kami ditinggal
Berat rasanya menerima kenyataan
Kaulah yang mengajarku menghitung
Menghitung bintang gemintang di angkasa
Kini kutahu kenapa
Kenapa aku mesti menghitung benda langit
Yang antah berantah berapa jumlahya
Kau ingin kami menjadi bijaksana
Laksana Ganesa tak surut meski telah rentah
Kau ingin kami bahagia
Sebahagia orang yang sejatinya bahagia
Kini kau telah tiada
Yang tinggal hanya pesona merona
Yang membekas hanya semangatmu yang tak patah
Tak lekang oleh waktu. Tak bisa punah.
Malu kami mengangkat muka
Kami yang muda mengaku t’lah tua
Kami yang masih bau kencur
Merasa sudah usur berumur
Ibu guru, jasadmu akan terkubur
Tetapi semangat juangmu dalam sanubari
Takkan pernah luntur
Meski waktu terus gugur
Dalam hati terukir dengan tinta emas
“Di kampung kami, pernah hidup seorang wanita yang tegas,
Yang selalu bekerja keras.”
Ibu guru, jasamu tak sanggup kami balas
Hanya harap kami kirimkan ke atas
Selamat jalan ibu
Ingatlah kami bila olehNya kamu telah dipangku

Tidak ada komentar: