Minggu, 16 Mei 2010

LINGKARAN SETANG [KUMPULAN PUISI]






OLEH: ISWAN SUAL, S.S


Iswan Sual, S.S adalah seorang pemula dalam persoalan sastra. Namun sangat prihatin dan begitu bersemangat dengan hal ini. Dia adalah lulusan S1 dari Universitas Negeri Manado. Fakultas Bahasa dan Seni. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris.
Dia berprofesi sebagai seorang guru di sebuah SD dan SMP di desa Tondei.
Banyak terlibat dalam kegiatan gereja dan kemasyarakatan di desanya.
Sekarang ini menjabat sebagai Ketua Komisi Pelayanan Kategorial Pemuda Jemaat GMIM “Bukit Moria” Tondei Satu.
Suka membaca dan berekspresi lewat. Tertarik untuk belajar politik, sejarah, sastra dan seni budaya dan ingin sekali melahirkan karya-karya yang berdasar pada pemikiran Tou Minahasa (Minahasan-based Thought).


“Fantastis! Semua orang Minahasa perlu membaca karya besar ini”
[Johny Sumanti-Hukum Tua Tondei Satu]




Sanksi pelanggaran pasal 44:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).





Judul:
LINGKARAN SETANG
[KUMPULAN PUISI]
Hak Cipta © oleh Iswan Sual, S.S
Penerbit The Humanizer College
Jln. Tondei-Ongkau Tondei Satu
Editor: Iswan Sual, S.S
Desain Sampul: Iswan Sual, S.S
Setting: Iswan Sual, S.S
Diterbitkan pertama kali oleh:
The Humanizer College, Tondei Satu 2010

Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan The Humanizer College, Tondei Satu
Isi adalah tanggung jawab percetakan


Pengantar

Memang sudah lama saya berkeinginan menciptakan suatu karya untuk dipersembahkan kepada Tou Minahasa: Tou ente, Tou sama, dan Tou nga’asan.
Lingkaran Setang merupakan suatu pengejawantaan tanggapan pribadi dari penulis dan terhadap gejalah sosial serta budaya masyarakat dimana penulis berada. Puisi ini lebih ingin menonjolkan ke-Manado-an dan ke-Minahasa-annya. Penulis bangga sekaligus prihatin menjadi orang Minahasa. Karena orang Minahasa sekarang telah tunduk pada pemerintahan titisan kerajaan Majapahit. Padahal, sejak awalnya Minahasa tidak menganut sistem pemerintahan oleh raja tapi oleh walak, yang secara esensial, sangat demokratis dan menjamin hak-hak komunal.
Kebudayaan Minahasa mulai rusak ketika pemerintahan berbau kerajaan: Portugis, Belanda, Spanyol, Inggris, Majapahit merasuk dan menjajah. Itu karena sifat keterbukaan yang berlebihan. Kita harus lebih banyak belajar dari masa lalu. Seharusnya Tou Minahasa lebih selektif lagi. Kebudayaan Minahasa adalah kebudayaan yang paling cepat punah.
Kiranya karya ini bisa menggugah kita untuk belajar dari masa silam dan melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis,




LINGKARAN SETANG
[KUMPULAN PUISI]




ISWAN SUAL, S.S






Tondei Satu, Agustus 2010

DEPE ISI

Kata Pengantar

Makaesa Pitu:
Begitulah Lebih Baik
Lingkaran Setang
Di Kota
Apa Salah dan Keliruku?
Berupaya
Inkonsistensi
Puf! Paf! Ancor
Makarua Pitu:
Cendekiawan
Tanda Awas Voor Tou Minahasa
I Yayat U Santi!
Ndak Berdaya Ato Apatis
Beda Jaman
Tanta Tanta Karlota
Tumani
Makatelu Pitu
Hidop Apa Tu Bagitu?
Kucnitaku (1)
Aku Sedang Mencarimu
Kucintaku (2)
Ratuku
Bukti cinta
Wo tobat
Qta Pe Makase


====================================================================================
Begitulah Lebih Baik

Ada suatu ketika
Yang semestinya tak terjadi
Begitulah lebih baik.
Jika dipaksakan apa yang kita anggap ideal
Kita justru hanya akan gagal.

Aku terpaksa harus biarkan kau tertinggal
Sendirian,
Supaya kau merenung
Bahwa ternyata aku bukanlah orang
Yang betul kau kenal.
Dan kau sadar, insaf, lepas dan merasa beruntung.

Jangan cari aku di gunung-gunung
Karena mungkin aku ada di lembah
Jangan cari akau di lembah-lembah
Karena mungkin aku ada di gunung

Kadang ku termenung
Meninjau keputusanku
Namun percayalah keputusanku.
Supaya kau nanti tak dirundung malang.

Adalah lebih baik jika aku kehujanan
Supaya di bawah payung kau terlindung.

Adalah lebih baik.
Induk meninggalkan anak ayam.
Supaya nanti ia bebas terbang melayang

Kepompong harus musnah
Supaya lahir kupu-kupu nan indah.

Tondei Satu, 22 Maret 2010






Lingkaran Setang

Kita pe tanah
Brarti kita tu mo olah
Bukang orang Jawa ato Sumatra mo jarah.

Kita pe kaya
Sharusnya kita ndak sengsara
Mar kyapa kita iko mata?

Kita pe bangsa: Minahasa
Dijajah bangsa Amerika
Deng tangang-tangang penguasa.

Kita malu pa om Sam
Torang deng torang baku makang
Ta maso di lingkaran setang
Atas nama persatuan

Tondei Satu, 7 April 2010




Di Kota


Di kota sumpek.
Buatku rindu kampung
Dimana aku minum gratis
Dimana aku makan tak membayar.

Di kota muda-mudi
Saling meniduri.
Bebas.
Tapi harus bayar kadang-kadang.
Membuatku enggan pulang
Tercelah sedikit
Tersebar lekas-lekas.

Di kota orang bak kuda liar
Pergi ke padang lapang
Bebas makan sesuka hati
Bebas bersenggama dengan betina mana saja
Tak pandang tempat.
Indukku tak marah
Dia berkata: “beranak pinaklah
Perbanyak kawanan
Itu urusanmu”.

Namun di kota ini aku hampir mati
Pantai sudah ditimbun
Hilang mata pencaharianku
Tlah dibangun Mall
Untuk kuda-kuda liar
Milik konglemerat.

Aku pulang saja
Berada di tengah kuda dan sapi jinak.

Mereka terganggu.
Kuda tua..kuda muda ku rayu
Mereka suka gayaku
Seperti selebriti yang juga liar
Hari ini kawin
Besok cerai
Mencari kepuasan badania
Berpetualang mencari
Kuda liar lainnya yang binal dan tahan

Kata mereka padaku
“ Hey kamu, sekolah tinggi
Tapi moralmu di pantat! Kuda cabul!
Enyah dari padang kami!

Terdesak aku.
Kuda dan lembuh muda desa di belakangku.
“ Mari kita lawan bersama. Mereka itu kuno! Dasar tua bangka”.

Tondei Satu, 11 Maret 2010



Apa Salah dan Keliruku?

Tiada pernah kuharap
Sifatmu begitu.
Seenaknya berdiam diri
Tidak mengabari.

Apa salah dan keliruku?
Harusnya kau memberitahu.

Besar dan dalam cintaku
Tidakkah kau tahu?
Rasa kuatir saat tiada kabar
Bukankah itu wajar?

Ku peduli
Kau marah memaki
Ku sayang kau menghalang.
Ku bingung dan kini kau melirih.

Besar dan dalam cintaku
Tidakkah kau tahu?
Rasa kuatir saat tiada kabar
Bukankah itu wajar?

Tondei Satu, 6 Januari 2010



Berupaya

Setinggi langit kami gantungkan cita-cita
Sedalam lautan cinta kami bangun desa
Di antara Lolombulan dan Sinonsayang.

Lahirlah kami generasi baru
Susah payah menuntut ilmu
Kembali berbakti di desa...kampugku.

Hai kawan…ingatlah
Di punggung kitalah tanggungjawab
Harapan, mimpi, dan doa.

Kaum cendekiawan jangan lengah!
Bersatulah kita semua
Rukun, kritis, sekata.

Belajar, berjuang, maju dalam satu wadah
Majulah KSMT
Kerukunan Siswa Mahasiswa Tondei
Maju desaku…maju bangsaku..

Tondei Satu, 15 Oktober 2009




Inkonsistensi


Takut pada Tuhan-permulaan pengetahuan
Begitulah kata guru agamaku
Saat hadir di ruang kelas.

Toleransilah dan jangan curang
Begitulah tutur guru kewarganegaraanku
Saat tampil di ruang kelas.

Teruslah jujur dan tekun
Seperti itulah orang tua menasihatiku
Ketika kami berjalan, makan bersama.

Berdoa serta bekerjalah
Seperti itulah pendeta mengkhotbahiku
Ketikaku berserah dalam gereja.

Semua yang dikatakan
Tersimpan dalam benak.
Segala yang dituturkan
Menancap dalam sanubari.

Setiap yang dinasihatkan
Terpendam di lubuk hatiku yang terdalam.

Seluruh yang dikhotbahkan
Meresap ke dalam sukma.

Namun,
Mengapa kini kuperhatikan,
Tindak tandukmu lain?

Mengapa sekarang ku amati,
Sikapmu menyimpang?

Namun,
Kenapa hari ini ku lihat,
Kau injak-injak didikan dan hikmat?

Kenapa kali ini ku tatap,
Sikapmu pilih buluh dan curang?

Sembunyi-sembunyi,
Kau ternyata rakus,
biadab bahkan buas.

Diam-diam,
Kau sebenarnya kurangajar,
pencuri dan pendosa .
Kau buatku kecewa
Kau bikin aku terhenyak

Lebih baik tanpa guru
Daripada punya,
Tapi bejat

Adalah lebih baik tak ada guru
Daripada dapat,
Tak berahklak.

Kalian buatku terasing
Kalian buatku bak orang sinting

Durhakakah aku
pabila tak mau lagi menghargaimu?

S’bab rusaklah moralmu
S’bab sesatlah prilakumu.

Hai pendeta,
Kalian cerdas bermain sandiwara.
Hai pendeta,
Kalian tangkas bermain acrobat.

Mulutmu memuja-Nya
Lakumu menghujat Dia
Bibirmu memuji-Nya
Hatimu congkak terhadap Dia.

Wahai adik-adikku,
Janganlah tingkahmu seperti mereka
Karena,
Teruslah mereka ke neraka
Wahai anak-anakku,
Jangan kalian tiru tabiat mereka
S’bab Tuhan tentu akan marah.

Tondei Satu, 29 Maret 2010

[Hari Pertama Ujian Akhir Nasional]


Puf! Paf! Ancor!

Oh karu e
Torang pe generasi
So nda suka mo makang ubi
Lebe suka roti ato supermi.

Oh kasiang e
Torang pe bini deng laki
Lantaran gengsi deng mo ba aksi
Jual diri ka pulau cendrawasi.

Oh re’e karu e
Kyapa dorang so nda ta ator?
Bajalang melep-melep bataria kotor
Bapaksa lei musti bli akang motor
Padahal masih ja kincing di tampa tidor.

Kong, torang-torang cuma mo se biar?
Bapikir! Tegor!
Jang saban hari torang ajar!
Puf! Paf! Ancor!

Didik tu anak-anak deng lo’or
Spaya opo kasuruang sanang
Urus pa dorang
Jang Cuma tidor
Sitou timou tumou tou
Buka sitou timou tumongko tou

Tondei Satu, 31 Maret 2010


Cendekiawan

Satu tekad satu tujuan
Dari situlah kita memulai
Semua demi suatu kemajuan
Hendaklah kita jangan lalai.

Menuntut ilmu mengejar pendidikan
Kehidupan layak-cerdas di hari depan
Rukunlah kita, tak pernah bercerai
Membangun kampung yang kita cintai.

Sadarlah…milikilah kemampuan.
Bangkitlah…kejarlah impian.

Bekerjalah…dengan penuh kesungguhan.
Karena kau cendekiawan adalah panutan.

Berjalanlah…jangan tinggal diam.
Bertindak benar, kritis, hidup dalam keadilan

Majulah kaum muda…kaum intelektual.
Kerukunan Sisw Mahasiswa Tondei

Tondei Satu, 4 November 2009




Tanda Awas Voor Tou Minahasa

Tou Minahasa:
Tou ente
Tou lo’or
Tou nga’asan

Jang bapica
Spaya nda gampang dapa jajah.

Jang ngaleh
Spaya nda gampang kereh.

Jang rupa ular
Spaya nda gampang ancor.

Jang basetang
Spaya nda katula akang

Tondei Satu, 7 April 2010



I Yayat U Santi!

Dulu torang bangga deng sanang
Kalu tinggal di kampung.
Hidop dari hasil kobong deng utang
Sinonsayang deng Lolombulan.

Mar skarang so nda da ampung.
Kayu-kayu dorang se abis-potong
Napa so sika dari aer minung
Deng mo making.

Cek per cek tu kuntung
So botak-botak ada orang
Sandiri cari untung.

Dulu cari rampah-rampah
Cuma di muka rumah.
Samua ada
Nda siksa mo momasa.

Mar skarang, oh tuang…
Karna mo rabu-rabu
Bli pa mas-mas bajalang.
Kaluar doi
Padahal boleh batanang.

Qta rasa kasiang
Pa orang-orang skarang.
Suka iko-iko orang kota pe bahodeng
Suka bodi-bodi artis krempeng
So tamakang promosi pe buju-buju
Tu kapitalisme tinggi dorang junjung

So musti bangong
Jang bingo so deng taun
Gombalisasi torang lawang
User tu orang-orang sialan
Dari tanah Tou Minahasa kinatouan

So cukup dorang injang-injang pa torang
So depe waktu angka sable bataria perang!
I Yayat U Santi!

Tondei Satu, 7 April /2010



Ndak Berdaya Ato Apatis

Qta pegawai,
Da latih patuh pa atasan
Salah ato benar.
Itu kata depe nama setia
Tau jaga nama kantor.

Qta siswa,
Da ajar hormat guru
Salah ato benar
Itu kata depe nama murid ndak nakal
Tau jaga nama skolah.

Qta anak,
Da didik spaya jang manyau pa orang tua
Salah ato benar.
Itu kata depe nama anak tau hadat. Ndak durhaka.
Tau jaga nama keluarga.

Apa so tu kebenaran?
Sapa punya so tu kebenaran?
Boleh so tu kebenaran pake syarat?

Qta mo beking tu benar
Dorang bilang qt penghianat,
jual tu skolah, beking malu orang tua.

Qta iko akang dorang pe mau.
qt tako pa Tuhan, pa moralitas!

Oh Tuhan
Qta mo bagimana?
So musti bagini re’e tu hidop skarang?
Cuma atasan, guru, orangtua yang punya tu benar.
Torang orang kecil
ndak boleh tau deng beking tu benar.
Mo maso re’e naraka torang samua!

Tondei Satu, 5 Mei 2010



Jaman ST12

Tondei tanah tampa kita lahir.
Kita pe pusa
Nenek da se gale di sini.
Waktu itu belum ada pemekaran
Kalu pi Motoling ato cuma Raanan
Jalang babatu timbul, lewat utang,
Ba pece-pece kalu ujang,
Terpaksa biar hartop
Ika tali labrang kong ela deng tola.
Lebe cilaka, lengkali ada yaki badola
Tondei tanah tampa kita besar.
Skarang so tiga. Keluarga so ta pica-pica
Laeng di gunung, di Li’ba,
di Amonge deng di Ameko.
Tu basudara so tabage-bage.
Skarang,
Mangalitou deng mangala’ung
Biar satu fam
So bole baku kaweng.
Mar orang tua bilang
Anak-anak skarang
So ndak tau sopan.
Di tengah jalang
Baku pegang tangang
Baku-baku ciong
Di tampa trang.
Sama deng di felem-felem.
Orang-orang muda bilang:
Tu tua-tua kwa so ketinggalan jaman
Skarang duaribuan
Bukang enampuluan ato tujupuluan
Skarang jaman internetan
Bukang lagi kalelon deng kolintang.
Dulu suka panbers
Skarang ST 12
Dulu top tu Koes Plus
Skarang Dewa 19.
Torang so tau hukum!
Orang mudah ndak bodok
Apa guna re’e da skolah
Nasehat torang tenteng
Mar jang karma beda jao tu umur
Kong pandang enteng.
Tiap-tiap generasi
Mati-matian bilang depe jaman lebe bagus
Itu depe nama narsis
Generasi egois .
Dua-dua butul
Asal kalu jadi apa-apa
Jang tanya sapa tu salah
Beking jo tu maso-maso akal
Spaya ndak mo menyesal
Orang tua so kase bekal.

Tondei Satu, 5 Mei 2010



Tanta -Tanta Karlota

Birman deng birman
Baku bataria.
Tante amonge:
he lonte! Apa nga bilang e?
Tanta ameko:
Lawut! Nga baku cuki
deng qta pe laki. So kriput masih mo ba aksi.

Dua-dua panas baku rado
Baku ela rambu
Baku guling-guling di kintal
Sampe ta isi di got
Got punung deng tai
Deng sisa-sisa aer cuci piring.

Orang takumpul
Tatawa akang.

Dapa urus
Kumtua bilang: tagalitu ku’a,
Ngoni jang babakumpul,
Kong cirita-cirita orang
Awo…lia kasana! Korang beking malu.

Laki stengah mati bagula. Ngoni lupa momasa
So ba rei cari kutu baseri orang pe kurang.

Laki siksa bakopra. Ngoni sibuk bakarlota.
So baku goso rica. Baku dusu deng gunting.

Pulang di rumah. Urus ngoni pe anak deng laki
Kong brenti tu mulu-mulu Yudas!

Rajin pigi ka gereja
Ontak sama deng tuturuga!
Lebe bae tinggal di rumah
Ba uni telenovela.

Tondei Satu, 5 Mei 2010




Tumani

Opo Muntu-untu
Datang tumani

Opo Wongkar
Datang tumani

Opo Timporok
Datang tumani

Opo Sual
Datang tumani

Opo Mogogibung
Datang tumani

Samua voor torang
Samua pe sanang
Bakalae deng Mongondo
Spaya anak-anak hidop.

Bakudusu deng mamuis
Spaya anak-anak ndak manangis.

Opo Timporok
Tangka satu Mongondo
Potong akang talinga
Kong bilang:
Pulang! Jang bale-bale!
Ini bukang lagi ngoni pe tanah!
Ngoni pe raja so se harta
Kong bawa pigi torang pe nona.

Opo Timporok
Bakudapa lagi satu Mongondo
Dorang bakalae, baku potong
Amper satu hari
Nda satupun tu kalah
Padahal so tahosa-hosa .
Dorang brenti
Opo Timporok bilang:
“E kaloh…napa hau barokok dulu”.
Satu dua kali isap eef…fuu….
Dapa tau mongondo pe tampa mati
Di tlapak kaki
Bakalae ulang sampe di ujung kalapa
Opo Timporok di bawah
So nda mangada ka atas
Sek…sek…Dia cucu
Puk….ciri tu mongondo.

Mongondo kalah
“Ampung pa kita”
So terlambat.
Opo potong tu kapala
Tanang di dalam tanah
Disitu badiri gereja
Pertama-tama menurut sejarah.

Tondei Satu, 5 Mei 2010



“Ca La’us Lemala, Sa tinena Marisa”.

[Kalu Kena Rica,
Ndak Langsung Mo Rasa Pidis]

-Tien Timporok-


Hidop Apa Tu Bagitu?

Baku cucu, baku tikang
Baku bunuh lantaran warisan
Kristen tare, baku jual
Cuma lantaran budel
Lebe bae re’e hidop di jaman wentel
Terbang-terbang
Baku potong
Deng hoga-hoga
Deng mamu’is
User Mongondo
Voor hari eso.
Daripada di muka-muka
Baku senyum
Tipu sini tipu sana
Jadi lintah darat.
So jadi tradisi
Orang babilang
Torang keluarga
Mar doi ndak basudara.
Orang-orang hidop
Di atas orang laeng pe susah
Kalu banyak harta
Mangaku sudara
Tolak-tolak kalu susah.

Tondei Satu, 5 Mei 2010

Kucintaku (1)

Hai para manusia
Berhentilah konservatif
Kamu hiduplah sendiri
Tanpa harus bergantung berlebihan
Pada cinta dan kasih orang lain
Mereka…jangan kau jadikan Tuhan.

Ingat, orang lain takkan pernah
Memahami sepenuhnya
Karena mereka
Tak mengenalmu
Hanya kamu
Yang bisa
Kamu yang paling tahu
Secara tepat kapan kamu lapar
Lelah, sakit, menderita
Sedih, bahagia,
Senang dan gembira.

Apa mereka tahu?
Mereka selalu bilang cinta
Tapi , apa iya?

Dirimu sendiri tak pernah
Bahkan lupa bilang cinta
Dan sayang
Namun slalu tahu kapan
Kau menderita dan bahagia

Berhentilah berharap pada cinta
Dari bukan kamu!
Karena itu takkan sia-sia
Sama skali tidak.

Tondei Satu, 13 November 2007




Aku Sedang Mencarimu

Tuhan yang tidak pernah aku lihat
Engkau tahu kenapa
Aku kadang meregukan keberadaan-Mu.

Ku harap kau mengerti aku
Aku sedang mencarimu.

Di saat aku tak berdaya
Aku merasa kau ada.
Sehingga ku berlutut

Aku membutuhkan pertolongan
Dari yang memiliki kuasa
Lebih daripada aku

Telah nyata kepadaku
Bahwa kesengsaraan dan penderitaan
Membuat manusia lebih mendekat
Pada sesuatu yang dianggap Tuhan

Haruskah manusia diliputi kesengsaraan
Terus menerus
supaya senantiasa dekat dengan Tuhan?

Tondei Satu, Medio 2007


Kucintaku (2)

Maafkan aku
Tlah berdosa padamu
Tlah lama aku biarkan
Kau sendirian
Hanya untuk menyenangkan
Perempuan
Dan akhirnya yang ku tuai
Hanya tipuan
Seperti menginjak kulit durian
Aku banyak mengabaikanmu
Terjebak dalam kepuasan penuh
Hingga akhirnya jadi jenuh
Bahkan jadi budak cinta mereka karena luluh
Aku menyesal
Menyesal aku
Ternyata tak seorangpun selain engkau
Pujaan hatiku: yang mengerti aku
Yang peduli aku
Yang perhatian padaku
Memang ternyata tak ada yang sayang
Pada manusia secara penuh
Selain dirinya sendiri
Cinta sejati: aku mencintai aku
Cinta tanpa dusta
Cinta yang amat jujur tak kenal umur

Tondei Satu, 13 November 2007
Ratuku

Memang ..sulit memastikan sesuatu.
Mungkin hanya Tuhan yang bisa.
Namun aku telah berketetapan
Untuk bilang
Ku tlah jatuh cinta dan sayang
Padamu.

Ada orang rela mati
Dengan bom bunuh diri
Untuk bela agama mereka.
Tapi aku ingin mati di sisimu gadis impianku
Ada seorang penyanyi berkonser
Untuk para penggemar
Tapi ku ingin menyanyi hanya untukmu ratuku.

Ada orang sibuk berpelesir kesana kemari
Tapi aku ingin berada di sisimu slalu sayangku.

Tondei Satu, 13 Oktober 2007


Bukti Cinta


Jiwa bergejolak
Raga menahan isak
Ketika kudengar kau kan bertolak
Ke suatu tempat yang masih abstrak.

Tubuhku gemetar
Ragu dan curiga bercampur.
Aku jatuh terkapar
Takut kau nanti ingkar
Tentang bunga nan indah yang tlah mekar.

Jarak antara kita
Kini merobek kemesraan kita.
Jarak…Kini kau musuhku.

Waktu…Duduk menemani.
Apakah cintamu murni?
Waktu…kini jadi sobatku.

Haruskah aku menunggu tanpa sangsi?
Wajarkah aku cemburu tanpa bukti?

Kasih,
Walaupun kenangan indah menjadi puing-puing.
Impian mencinta t’lah mengering
Hati hancur lebur. Dan harapan kini kendur.
Kutunggu kau sampai usiaku usur.

Tondei Satu, 01/05/10
Wo Tobat!

Panas hati kita
Mama bilang mo goso rica
Brani manyau pa orangtua
Mentang-mentang da skolah.

Rasa-rasa kita
Mo kaluar dari rumah!

Banting pintu
Ribut-ribut
Langsung cabut
Lari deng motor but-but
Akhirnya,
Dapa katula.

Tondei Satu,, akhir April 2010
[Ditulis bersama siswa-siswi
kelas 3 SMP Kristen Tondei]




“Sekarang ini,
Sudah Sulit Untuk Melihat Mana Yang Milik Minahasa dan Mana Yang Warisan Penjajah”.

-Iswan Sual-


Qt Pe Makase:

Qta kase karya ini voor qt pe papa deng mama, yang kase hidop deng kasih sayang yang bagitu tulus; qt pe ade deng qt ape sayang-sayang, Iswadi deng Della, tu salalu berbage cirita deng cinta; qt pe keponakan yang masih teke-teke mar jadi sumber inspirasi deng harapan kampung Tondei di masa depan, Queenta, Gloria, Aprilino, Sreichen, Gerry, Delon, Cindy, Egen; deng qta pe murid-murid di SMP Kristen Tondei deng SDN INPRES Tondei, kebanyakan susah ja ator mar yang beking qta sadar mo trus bavorad diri deng blajar spaya mo dapa mengajar pa dorang dengang bagus. Makase banya ne.! Cita Waya Esa.


“Makang Nasi Tus-Tus
Makang Ikang Kodo
Putus Ya Putus
Mati Ya Mati
Inilah Semboyan Anak Manado”.

-H.B. Sondakh-

Tidak ada komentar: